Senin, 07 Januari 2013

Jurnal 3: Abstrak

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI
AGAR BERSTANDAR NASIONAL


Oleh:
Firdaus M. Yusuf


ABSTRAK
Koperasi ABC memiliki visi untuk menjadi koperasi yang profesional dan sejajar dengan perusahaan lain dengan tetap menjaga ciri khas koperasi, yaitu meningkatkan kualitas kehidupan anggotanya. Untuk mewujudkan visinya tersebut, koperasi ABC harus membenahi manajemen usahanya, salah satunya adalah memperbaiki dan meningkatkan kinerja sumber daya manusianya. Sebagai langkah awal koperasi harus mampu mengidentifikasi permasalahan pengelolaan SDM. Riset ini bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan SDM tersebut. Metoda identifikasi dilakukan dengan melakukan pemetaan terhadap kondisi pengelolaan SDM saat ini dan membandingkannya Koperasi XYZ, yaitu koperasi yang menjadi acuan dalam pengelolaan perkoperasian di Indonesia. Pemetaan permasalahan dilakukan dengan metoda kuesioner dan wawancara. Pola identifikasi masalah manajemen SDM dilakukan dengan  cara membagi aspek‐aspek MSDM kedalam 5 dimensi, yaitu dimensi arah sasaran, kondisi organisasi, kondisi pengelolaan SDM, budaya dan integrasi. Kelima dimensi inilah yang digunakan sebagai alat dalam identifikasi masalah MSDM pada koperasi ABC ini. Hasil identifikasi MSDM menunjukan adanya kesenjangan baik dalam manajemen SDM untuk kelima dimensi yang diukur. Urutan prioritas perbaikannya adalah secara berturut‐turut yaitu dimensi budaya, kondisi organisai, arah dan sasaran, kondisi pengelolaan SDM dan integrasi. Koperasi memiliki berbagai keterbatasan, namun upaya yang berkesinambungan untuk mewujudkan visi misinya tetap harus dilakukan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pengoptimalan program pelatihan, perbaikan komunikasi    internal dan membangun budaya sportivitas dalam bermitra.


1. Pendahuluan 
Koperasi menjadi suatu gerakan ekonomi nasional, dan mengakibatkan berkembang pesatnya koperasi di tanah air. Terdapat dua momentum penting dari perkembangan Koperasi Indonesia. Pertama pada awal 1970‐an, dimana pemerintah menciptakan program nasional Badan Usaha Unit Desa (BUUD) yang kemudian disebut Koperasi Unit Desa (KUD). Jumlah KUD berkembang pesat di tanah air, dan menjadi “milestone” perkembangan gerakan koperasi Indonesia.  Momentum kedua adalah dikeluarkannya Inpres 18 tahun 1998 yang intinya menderegulasi pendirian/pembentukan Koperasi baru (herbert,2003) Kebijakan ini telah mengakibatkan tumbuhnya koperasi dua kali lipat dalam kurun waktu hanya 3 tahun.  Jika pada akhir 1997 jumlah koperasi mencapai 49 ribu unit, pada akhir 2001 jumlahnya mencapai angka 103 ribu unit (Dekopin,2001). Namun demikian secara kumulatif kinerja koperasi, yaitu profitabilitas dan efisiensi usaha, cenderung mengalami penurunan pada perioda yang sama (Bappenas, 2002; & Kantor Mennegkop, 2002). Sampai saat ini koperasi belum mampu menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Teridentifikasi terdapat 7 masalah kualitatif yang dialami Koperasi Indonesia, yaitu “Citra”, “Kemandirian”, “Kualitas SDM”, “Manajemen/Governance”, “Ketersediaan dan Akses Permodalan”,dan “Jaringan Usaha”(Suryadharma Ali, 2004).    Koperasi memiliki citra sebagai organisasi yang ketinggalan zaman karena kualitas SDM yang kurang dan kemampuan manajerial yang tidak kompeten sehingga kebanyakan orang memandang sebelah mata terhadap koperasi, padahal koperasi didirikan sebagai soko‐guru ekonomi nasional. Koperasi adalah perkumpulan orang dan modal yang memiliki tujuan bisnis dan sosial, berbeda dengan badan usaha lainnya oleh karena itu manajemen sumber daya manusia (MSDM) memegang peranan yang penting dalam koperasi. MSDM membantu untuk mewujudkan tujuan yang optimal dari sebuah organisasi dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sumber daya manusia. Pengelolaan dan pembinaaan SDM yang tepat diperlukan jika koperasi ingin bertahan dalam bisnis dan menambah daya kompetitifnya. Demikian pula halnya dengan Koperasi ABC sebagai obyek dalam riset ini. Berbagai alternatif untuk   perbaikan kinerja koperasi seringkali menjadi bahan diskusi para ekonom. Tapi sejauh ini jarang sekali dilakukan pemetaan kondisi MSDM sebuah koperasi. Padahal dalam aspek SDM inilah koperasi paling banyak disorot sebagai salah satu sumber permasalahan lemahnya keberadaan koperasi. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi masalah MSDM koperasi sebagai langkah awal perbaikan.


2. Model Konseptual 
Fungsi MSDM dalam sebuah koperasi dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan pemisahan (separation). Dibawah ini adalah 11 fungsi MSDM koperasi secara umum yaitu:
1. Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan kepengurusan koperasi secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan koperasi.  Dari perencanaan inilah terlihat seperti apa skenario atau desain awal pendirian Koperasi ini    dapat dipahami oleh anggota dan pengurus.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua pengurus dan anggota dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi, wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.
3. Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan anggota agar terlibat dalam kegiatan koperasi dan  bekerjasama, dengan demikian muncul rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.

4. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan anggota agar mentaati kesepakan bersama yang telah ditetapkan dalam rapat anggota. Sehingga aktifitas yang dikerjakan sesuai dengan syarat dan  prosedur.
5. Pengadaaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan pengelola/pengurus yang sesuai. Dalam hal ini biasanya proses pengangkatan manajer sebagai ujung tombak koperasi.
6. Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan ini merupakan stressing dari koperasi.
7. Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung. Pemberian kompensasi dalam koperasi diwujudkan melalui kemudahan dan peningkatan volume peminjaman dan juga pembagian sisa hasil usaha (SHU).
8. Pengintegrasian    (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan koperasi dan anggota, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Untuk melihat efektifitas dari integrasi ini kita harus melihat sejauh mana koperasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik materi maupun non materi. Pengintegrasian merupakan hal yang sulit dalam MSDM karena mempersatukan dua kepentingan yang seringkali berbeda.

9. Pemeliharaan    (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas anggota. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahtraaan yang didasarkan pada kebutuhan sebagian besar anggotanya.
10. Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan. Kedisiplinan ini mengukur sejauh mana pegurus dan anggota mentaati atur4an main  koperasi.

11. Pemberhentian (separation) adalah putusnya keanggotaaan koperasi. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan sendiri atau diberhentikan oleh forum karena alasan‐alasan tertentu.


Sebelas fungsi diatas terdiri dari berbagai aspek, kriteria dan program yang dapat diukur efektivitasnya. Dari aspek‐aspek tersebut, mulai dari aspek pemahaman anggota dan pengurus terhadap tujuan organisasi sampai dengan aspek pemberlakuan sangsi (separation) semuanya dikumpulkan dan dirangkum kemudian disederhanakan menjadi lima dimensi MSDM (Tjakraatmadja dkk, 2001, diolah). Kelima dimensi itu adalah:   
1. Dimensi Arah dan sasaran, dimensi ini mengukur sejauh mana SDM koperasi memahami arah dan sasaran dari koperasi. Dengan demikian kita bisa melihat apakah mereka memiliki tujuan bersama atau tujuan sepihak. Idealnya dalam sebuah koperasi pengurus dan anggota memiliki arah dan sasaran bersama.
2. Dimensi Kondisi Organisasi, pemilihan jenis organisasi apakah telah sesuai dengan jenis usahanya, koperasi single purpose akan berbeda dengan organisasi multipurpose. Kondisi organisasi disini lebih menekankan pada pembagian  tugas dan pemberdayaan SDM.
3. Dimensi Kondisi sistem pengelolaan SDM, pengelolaan SDM menyinggung bagaimana sifat koperasi, konsistensi dalam menjalankan sistem  dan peran dari manajer sebagai ujung tombak.
4. Dimensi Budaya, melihat apakah beriklim kekeluargaan atau individualis, keputusan didasarkan atas kepentingan sepihak atau bersama dan juga melihat iklim sportivitas didalam koperasi.
5. Dimensi Integrasi, melihat apakah ada irisan antara kebutuhan koperasi sebagai organisasi dan kebutuhan pengurus dan anggota sebagai individu. Disini kita melihat keseimbangan antara hak dan kewajiban.  






0 komentar:

Posting Komentar