Senin, 07 Januari 2013

JURNAL 4: ABSTRAK

ANALISIS TIPOLOGI DAN POSISI KOPERASI PENERIMA
PROGRAM PERKASSA
STUDI KASUS DI SUMATERA SELATAN 


Oleh:
Johnny W. Situmorang 

ABSTRAK
Perkassa is one of programs of the State Ministry of Cooperative and SME to empower women in business within cooperative. It was launched in 2007. This study reveals the typology and positioning of Cooperatives that run the program. Based on internal and external indicators, a few factors dominate, and the factors are considered as a main character of the cooperatives. Also, in general the program had been categorized as a good model for empowering women in business and cooperative. This model will continue in the future.

Perkassa merupakan salah satu program Kementerian Negara Koperasi dan UKM untuk memberdayakan perempuan dalam bisnis dalam koperasi. Ini diluncurkan pada tahun 2007. Studi ini menunjukkan tipologi dan posisi Koperasi yang menjalankan program. Berdasarkan indikator internal dan eksternal, beberapa faktor mendominasi, dan faktor-faktor dianggap sebagai karakter utama dari koperasi. Juga, secara umum program telah dikategorikan sebagai model yang baik untuk memberdayakan perempuan dalam bisnis dan kooperatif. Model ini akan berlanjut di masa depan.

PENDAHULUAN
Perempuan telah diakui oleh berbagai kalangan berperan ganda dalam kehidupan sehari-hari, terutama penopang perekonomian rumahtangga, dalam era globalisasi dengan persaingan sebagai atribut utama (Hutagaol, 2008). Pertama, sebagai ibu rumahtangga yang mengurusi kehidupan rumah tangga dan kedua sebagai pekerja atau pengusaha yang mampu memberikan nafkah atau tambahan penghasilan pada keluarga, baik sebagai pelaku ekonomi utama keluarga maupun pelengkap sumber pendapatan keluarga. Di Bangladesh, DR. M. Yunus memperoleh hadiah Nobel Perdamaian atas karyanya mengembangkan kredit mikro untuk perempuan pelaku usaha (Counts, 2008).

Posisi perempuan Indonesia sangat nyata mendukung kesejahteraan keluarga. Sebagai pelaku ekonomi keluarga, pada umumnya perempuan Indonesia bergerak pada usaha skala sangat mikro sampai mikro, dan usaha bersifat nonformal, di bidang usaha produksi dan jasa. Memperhatikan peran sentral perempuan, pemberdayaan perempuan menjadi bagian tak terpisahkan dalam program pembangunan nasional di Indonesia. Program pemberdayaan harus terarah agar efektif mencapai sasaran dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga. Pemberdayaan sangatlah sukar dilaksanakan manakala individu perempuan tidak berkelompok dalam satu wadah. Teori sosiologi telah mengungkapkan bahwa peningkatan kesejahteraan dan usaha rakyat haruslah melalui pendekatan kelompok agar tepat sasaran, efektif, dan ada proses pembelajaran di dalamnya. Pemberdayaan perempuan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ketika itu mengenalkan Program Perkassa (Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera) melalui koperasi. Artinya, perempuan digalang dalam wadah koperasi agar dapat memperoleh dukungan Program Perkassa. Koperasi relevan dalam menghadapi globalisasi (Situmorang, 2002). Sejak tahun 2007, telah berkembang koperasi perempuan dengan kategori Koperasi Wanita (Kopwan) di antara ratusan ribu koperasi di Indonesia. Sejarah pengembangan koperasi sebagai pilar perekonomian rakyat mengalami pasang-surut. Sehingga perjalanan koperasi menghadapi sejuta tantangan (Sinaga dkk, 2006). Pengembangan Program Perkassa adalah bentuk intervensi pemerintah dengan memberikan dana bergulir bagi masyarakat, khususnya wanita pengusaha, agar koperasi dan UKM semakin maju.  Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan KUKM dalam rangka meningkatkan kapasitas, produktivitas, dan daya saing KUKM dan alat pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional (Anonim, 2008). Miliaran rupiah dana APBN telah disalurkan untuk pembiayaan program tersebut, mencakup ribuan unit Kopwan yang tersebar di semua propinsi. Memperhatikan dimensi program tersebut.  Permasalahan yang muncul adalah sejauhmana dampak Program Perkassa terhadap perkembangan perkoperasian, khususnya Kopwan dan peran perempuan pengusaha anggota koperasi. Dari uraian sebelumnya, tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui 
tipologi dan posisi Kopwan penerima Program Perkassa dalam perkembangan perkoperasian khususnya dan perempuan pengusaha umumnya. Tulisan ini diharapkan bermanfaaat dalam hal proses pengambilan  kebijakan pembangunan Kopwan dan perempuan pengusaha serta pengembangan Kopwan sebagai lembaga bisnis bagi perempuan pengusaha.

METODE 
Tulisan ini merupakan  ‘review’ dari hasil Kajian Dampak Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera (Perkassa) oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM (Anonim, 2009). Sejalan dengan 
permasalahan dan tujuan, pendekatan analisis adalah dengan manajemen stratejik (Pearce II and Robinson, 2000), ekonomi (Johnson, 1986), dan sosial (Adi, 2005) yang mampu menjelaskan posisi Kopwan setelah menerima Program Perkassa. Model Analisis ini menggunakan indeks dengan terlebih dahulu dilakukan analisis faktor berdasarkan PCA (Principal Component Analysis). PCA berguna menyeleksi variabel agar diperoleh variabel yang dominan sebagai penciri kelembagaan (PCA menggunakan data Sumatera Selatan, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan). Dengan menggunakan Skala Lykert (Sugiyono, 2008; Riduwan dan Akdon, 2005). Indeks diperoleh sebagai nilai harapan (expected value) dari interaksi bobot variable dan 
indikator internal dan eksternal (Situmorang, 2008 dan 2008). Indikator eksternal dibedakan atas lingkungan operasional, lingkungan industrial, dan lingkungan jauh (Situmorang, 2008).  Analisis posisi menggunakan SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat). Model SWOT menggunakan indikator internal dan eksternal dan variabelnya. Tampilan hasil analisis dalam bentuk The Fourth Quadrant.

Analisis ini menggunakan data primer dan sekunder dengan kasus adalah Kopwan di Provinsi Sumatera Selatan dimana Kopwan Sumsel penerima alokasi dana Perkassa terbesar yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota. Teknik pengambilan contoh adalah dengan sengaja, terpilih 9 Kopwan dari 13 Kopwan penerima Program Perkassa. Kopwan-Kopwan sampel adalah Anggrek, Permata Hati, dan Melati (kabupaten Ogan Ilir), Songket, Putra PU, dan Wapi Sriwijaya (kota Palembang), Melati (kabupaten Musi Banyuasin), Salima (kabupaten Ogan Komering Ilir), serta Tani Srikandi (kabupaten Banyuasin). Responden adalah pengurus Kopwan, anggota Kopwan, pakar, pejabat dinas/pemerintahan daerah.

0 komentar:

Posting Komentar